Suatu hari setelah diberi tahu temedaknya berbuah, nyai menyuruh cucu cucunya mengambilnya, dengan membawa gerobak berangkatlah mereka menuju talang sesuai petunjuk nyai, sesampainya mereka disana langsung Fajri dan Hapis memanjat sedangkan yang lain mengumpulkan temedak yang dijatuhkan.
Ketika sedang asyik mengumpulkan, Bakrin melihat pohon temedak yang berbuah lebat yang belum sempat dipanjat, Bakrin langsung ikut memanjat walaupun sempat heran karena pohon yang dia panjat seperti terawat, melihat ada pohon yang lebih lebat yang lain mengikuti Bakrin hingga gerobak penuh, mereka lupa pesan nyai supaya jangan memanjat pohon yang kelihatan terawat dan berbuah lebat.
Sedang asyik mengumpulkan temedak, datanglah mang Bakot seraya berkata :
”hoi!.. turun, temedak ini punya saya, yang punya nenek kalian sebelah sana”
Tak mau bertele tele mang Bakot menyuruh gerobak beserta isinya diantar kerumahnya, sambil berpesan supaya urusan diselesaikan nanti sore dirumahnya. Sepanjang perjalanan pulang mereka membuang sebagian buah temedak karena mereka pikir kalau disuruh mengganti sesuai jumlan temedak yang dipetik berarti bisa mengurangi hitungan.
Sore harinya Tudin disuruh nyai ke rumah mang Bakot untuk mencari pemecahan terbaik, ternyata mang Bakot tidak sejahat yang mereka kira, dia hanya mengambil sebagian buah temedak yang sudah tua sisanya dikembalikan lagi, mereka akhirnya menyesal sudah membuang sebagian isi gerobak dalam perjalanan pulang tadi.
*temedak=cempedak, sejenis nangka tapi lebih kecil seperti guling bayi
*dikemudian hari, anak tertua mang Bakot menjadi adik ipar Tudin dan Hapis
No comments:
Post a Comment