28 September 2007

Mas Katek Bisa Ngilang

Sumber : Sumadie (via SMS)

Asep sang jawara Banten baru datang di stasiun kereta api di Prabumulih, langsung bergegas mencari WC umum, karena pintu WC tertutup asep bertanya pada anak yang sedang nongkrong di sekitarnya.
“siapa didalam ?..” Tanya asep sok seram.
“katek!!!..” sahut anak itu sambil berlalu pergi
setelah lama menunggu, pintu WC belum terbuka juga, asep menggerutu
“kurang ajar, belum kenal saya”
akhirnya kesabaran asep habis, sambil mendobrak pintu dia berteriak,
“keluar..!!”
“hahh…, koq nggak ada orang didalam, hebat juga mas katek, punya ilmu ngilang….”

*katek/dak katek = tidak ada

25 September 2007

Lematang Putus

Menurut ilmu geografi genangan air yang terdapat di daratan di sebut danau, tapi di sepanjang sungai lematang sering dijumpai genangan air yang memanjang yang oleh masyarakat setempat disebut lematang putus karena memang terjadinya akibat aliran sungai berganti arah saat terjadi banjir besar dan deras, sehingga tempat yang tidak dilalui lagi oleh sungai tersebut alirannya menjadi putus, dan membentuk danau yang memanjang.

Kalau anda melihat hamparan beton seperti jalan tol yang menurun di desa Pangkalan Babat, tidak lain adalah bekas dermaga tempat bersandarnya kapal ponton, yaitu alat transpotasi sungai seperti jembatan dari besi yang ditarik kapal motor untuk mengangkut mobil atau alat berat lainnya dari pangkalan babat ke baturaja dan sebaliknya.

Kalau bekas dermaga itu bisa diterima karena di desa Baturaja banyak terdapat lokasi pengeboran milik Pertamina dan untuk menyeberang selalu menggunakan kapal ponton, sebelum adanya jembatan di desa Teluk Lubuk.
Namun letaknya yang di tengah-tengah desa cukup mengherankan, ini salah satu bukti bahwa aliran sungai lematang pernah melewati tempat tersebut, ditambah lagi didekat bekas dermaga tersebut terdapat lematang putus.

Selain terjadi secara alamiah, terdapat juga lematang putus yang sengaja dibuat untuk memperpendek jalur lintasan seperti yang terdapat di desa Kuripan
Jarak yang seharusnya cuma puluhan meter tapi menggunakan ketek (perahu bermotor) harus mengikuti aliran sungai sampai beratus-ratus meter, sehingga secara gotong royong masyarakat setempat menggali parit pada jarak terdekat, saat banjir datang menerjang, galian tersebut semakin lebar, aliran sungai yang melewati Muara Niru lama-kelamaan kedua ujungnya tertutup endapan, alirannya terhenti dan mulai membentuk lematang putus baru.

Banjir tahunan yang selalu datang saat surut selalu meninggalkan endapan lumpur yang tebal, sehingga bisa terjadi tempat yang dulunya adalah perairan berubah menjadi daratan yang sangat subur, dan anda jangan membayangkan lematang putus sebagai tempat wisata karena perairannya adalah tempat mencari ikan dan daratan sekelilingnya dijadikan perkebunan penduduk setempat.

22 September 2007

Kaos Lampu

Sumber : ilmanzuhriyadi.multiply.com

Bujang :
Becincin Kau Jeriji,
Lang Menari Lawan Kukunye
Payu Bepikir Ni Kau Diri,
Linjang Kujadi Lawan Jodohnye. 2x

Gadis :
Timpe Kemang Sakit Hasenye,
Tambah Bincul Ditimpe Limus
Ngape Dengan Oy Bujang Tue,
Ngintikan Gadis Badan Tekuhus. 2x

Bujang :
Bukanye Senang Duduk Ditangge,
Ciri Ku Duduk Jauh Pikiran
Jangan Takut Membujang Tue,
Tue Diluar Mude Didalam. 2x

Gadis :
Ketintang Membawe Taji,
Kemane Ncakah Saungye
Slop Jepang Dikde Tebeli,
Jangan bemance bebini Due. 2x

Bujang :
Aku Nyangke Derian Tinggi,
Rupenye Derian Masak Layu
Aku Nyangke Nak Ngajak Jadi,
Aku Yang Tinggal Dibuat Malu. 2x

Gadis :
Ade Antan Masih Nak Lesung,
Nutuk Hebuk Nak Ade Padi
Marak'i Gadis Ngudutlah Puntung,
Pantaslah Saje Gadis Belari. 2x

Bujang :
Terebang Burung Serindit,
Hinggap Diranting Nangke
Biarlah Tue Asal Beduit,
Segale Gadis Galak Gale. 2x

Gadis :
Sangkah Pintau Luluk Keluang,
Tegantung Luk Buah Labu
Oy Mak Mane Gadis Nak Ribang,
Hidangan Midang Bekate Buntu. 2x

Bujang :
Alangkah Panjang Ikuk Sapi,
Sapi Adelah Diseberang
Aku Heran Gadis Mak Ini,
Rate-rate Mate Duitan. 2x

Gadis :
Celane Tukak Jahit Ngan Jahum,
Teculak Buah Cungdire
Bujang Tue Gadis Gi Maklum,
Asak Kelepih Banyak Duitnya. 2x

Bujang :
Kalu Mak Ini Kain Potongan,
Dari Membeli Di Toko Cine
Kalu Mak Ini Pecak Potongan,
Pacaklah Jadi Bujang Tue. 2x

Gadis :
Ikuk Sawe Kepale Sawe,
Melilit Sibemban Burung
Sangkan Dikate Lah Bujang Tue,
Lajulah Buruk Barang Tegantung. 2x

Bujang :
Masih Lemak Sibemban Burung,
Bemban Banyak Dipinggir Laut
Masih Lemak Burung Tegantung,
Buruk Tekapar Dimakan Semut. 2x

Gadis & Bujang :
Jangan Nian Nyeberang,
Kalu Katik Perahu,
Jangan Mendengar Salah Tanggapan
Buruk Tegantung Kaos Lampu. 2x

18 September 2007

Cuka kicap

Seorang guru yang baru tugas di dusun baturaja, melihat ibung yang sedang memotong-motong juadah, karena guru tersebut terlihat penasaran ibung tersebut langsung menyodorkan sepotong untuk dicicipi, sambil menguyah penganan berwarna hitam tersebut, dia bertanya,
“terbuat dari apa kue ini ?..”
“cuka kicap !!..” sahut ibung tanpa mengindahkan pertanyaan si guru.
Setelah menghabiskan sepotong juadah dia berkomentar,
“enak sekali cuka sama kecap ini …..”

*cuka kicap = coba cicip

17 September 2007

Musim Bekarang

Bekarang dalam bahasa dusun sekitar merge dangku artinya mencari ikan disungai kecil (batang ari) atau lebung secara beramai-ramai, yaitu saat kemarau tiba yang membuat air di batangari mulai mengering, artinya saat bekarang dimulai.

Setiap tahun batangari tersebut dilelang dalam lelang lebak lebung sebagai pendapatan asli daerah, biasanya yai(kakek) saya mendapat dua sampai empat batangari kecil-kecil, sedangkan yang besar-besar biasanya diambil kepala desa (kades), yang nantinya mengajak seluruh warganya untuk bekarang bersama-sama, malam sebelum bekarang dilakukan beberapa orang keliling dusun sambil memukul kenong (gong kecil dari kuningan) yang diselingi pengumuman lokasi bekarang, besarnya tarif untuk dewasa dan anak-anak.

Lokasi yang selalu ditunggu-tunggu karena ikannya banyak dan besar-besar adalah lubok kepur, karena di lokasi ini banyak ikan tapa (sejenis ikan patin raksasa), berat ikan tersebut yang pernah saya saksikan 11 Kg, saya ingat karena ikan tersebut dibeli patungan 11 orang

Sebelum bekarang dimulai sambil memungut bayaran dari peserta, panitia mulai mengeruhkan air dengan cara mengangkat lumpur dan menyebarkannya keseluruh batangari tujuannya supaya ikannya mabuk dan keluar dari sarangnya, dipakai untuk campuran lumpur ada tube akar yang diambil dari akar pohon rambat liar.
Setelah ikan terlihat mabuk, bekarangpun dimulai, semua peralatan bekarang dikeluarkan mulai dari tangkul, tumbak, tirok, serampang, anggo, tanggok dan sebagainya. Sedangkan jala dan jaring tidak digunakan,Teriakan mulai terdengar ketika ikan besar melompat lolos dari dalam tangkul yang diangkat
Karena acara bekarang bisa seharian, tentu saja para ibu sudah sudah menyiapkan nasi sedangkan lauknya tinggal bakar ikan hasil tangkapan yang ditambah racikan bumbu cecal asam..

Selain ikut acara bekarang sekampung, saya bersama sepupu-sepupu sering ikut yai bekarang di batangari kecil, gratis tapi syaratnya ikan yang besar dan masih hidup buat yai, karena nantinya akan dijual dalam keadaan hidup, liciknya sepupu saya kadang sengaja membunuh ikan roan(gabus) yang masih hidup supaya tidak diambil yai .

Pada saat musim bekarang ikan melimpah, bermacam cara orang untuk mengawetkan ikan, mulai dari diasap(salai), di permentasi(rusep atau pekasam) sampai di jemur(balur).

Acara bekarang saat ini tidak semeriah dulu, entah karena ikan-ikannya tidak sebanyak dulu disebabkan pemakaian tube obat yang membunuh ikan sekecil-kecilnya, atau karena pergantian musim yang tidak menentu.

Tidak ada lagi cerita tentang ikan tapa yang bisa sebesar anak balita, anak-anak sekarang mungkin menganggap ikan tapa hanya legenda, seperti halnya saya menganggap legenda terhadap cerita tentang dugok, binatang air yang mirip monyet berambut panjang yang digunakan untuk menghisap darah mangsanya karena saya belum pernah menyaksikan langsung makhluk tersebut.

Budaya Mudik

Tidak seperti masyarakat jawa yang selalu menggunakan arah mata angin untuk menyebutkan tempat atau arah, seperti ujung kulon, laut kidul, gunung kidul dan sebagainya, masyarakat pesisir sungai lematang bari(kuno)khususnya dan sebagian besar sumatera mungkin tidak mengenal mata angin terbukti dengan tidak adanya bahasa lokal untuk menyebut mata angin, mereka menggunakan kata ulu(hulu) dan ilir(hilir) untuk menyebut arah, misalnya sungai lematang yang melewati merge dangku mengalir dari barat ke arah timur, sehingga ketika menunjuk kearah barat mereka menyebutnya ulu, dan timurnya menjadi ilir, sedangkan daerah yang dekat muara dinamai dengan muara yang diakhiri nama sungai/ batanghari tersebut, sehingga tercipta nama-nama seperti OKI(Ogan Komering Ulu), LIOT(Lematang Ilir Ogan Tengah), Muara Niru (muara dari batanghari niru), Muara Enim(muara dari sungai enim).

Kota palembang menjadi muara beberapa sungai besar di Sumatera Selatan, sehingga dulunya petani yang ingin menjual hasil hutan atau hasil kebunnya cukup mengikuti aliran sungai (ngilir), setelah mendapatkan uang hasil penjualan hasil alam tersebut, dan belanja barang dan kain, mereka pulang dengan cara mudik( berperahu motor melawan arus), namun saat angkutan darat mulai populer walaupun untuk berangkat masih lewat sungai tapi pulangnya mereka beralih menggunakan mobil, namun istilah mudik terlanjur melekat sebagai istilah pulang kembali ke dusun masing-masing, bahkan saat ini istilah mudik identik sebagai pulangnya para perantau saat lebaran tiba.