23 January 2008

Perbedaan Asam Kandis dan Sunti

Asam kandis asam gelugur

Ketiga asam siriang riang

Menangis badan dipintu kubur

Teringat badan tidak sembahyang


Itulah sebaris pantun bari yang dulu sangat populer, namun tidak semua orang mengenal bumbu asam tersebut, bagi masyarakat rambang dangku selain asam jawa sebagai bumbu asam yang bisa disimpan sampai lama juga mengenal sunti dari asam kandis.


Asam kandis adalah buah dari tumbuhan hutan yang kulit buahnya seperti rambai tapi lebih tebal, buahnya bergetah dan berbiji banyak tentu saja bukan termasuk keluarga mangga yang berbiji tunggal.


Saya pernah menemukan sunti dalam masakan padang yaitu kepala ikan mas sayur kesukaanku, tapi mereka menyebutnya asam kandis bukan sunti. Penasaran saya coba (lagi-lagi) googling dengan keyword asam sunti, hasilnya hampir tiap daerah mengartikannya secara berbeda, malaysia membahasnya lengkap dengan photo kulit buah rambai, aceh mengartikannya sebagai belimbing wuluh, daerah lain mengartikan sebagai mangga hutan bahkan ada yang tertukar menerangkan antara asam kandis, asam gelugur dan asam sunti.


Sebenarnya sunti adalah semua buah asam yang sudah dipotong atau dibelah kemudian di jemur sampai kering dan keriput, namun karena tiap daerah punya selera berbeda sehingga buah yang dijadikan sunti berbeda pula, misalnya masyarakat rambang dangku mengenal sunti sebagai asam kandis yang sudah kering. Seperti rusip yang diartikan wisatawan domestik yang berkunjung ke Babel sebagai fermentasi ikan teri(?), padahal tidak cuma ikan teri, masyarakat rambang dangku lebih sering membuat rusip pakai ikan sepat.


Selain asam jawa dan sunti untuk memberikan rasa asam pada masakan ada juga asam yang digunakan dalam keadaan segar seperti jeruk nipis, belimbing besi(wuluh), kulit buah rambai juga asam kandis yang belum dikeringkan.

21 January 2008

Kamus Rambang Dangku(N-Z)

N
nakan>anak buah
=ponakan, keponakan
nakuk>mantang=nyadap karet, naba
napo=pelanduk(tragulas napu)
n
énék>~lanang=kakek, ~betine=nenek; (dibeberapa daerah nenek berarti kakek atau nenek)
ngan>dengan=kamu
ngelatak=ngomong ; kelatakan=omongan
nggok=1) pada; aku ribang nggok dengan=aku cinta padamu 2)walaupun; nggok mahal gi tebeli=walaupun mahal tetap bisa beli
nineng=nenek
ninjai
=jinjit
niru=1) alat penampih beras berbentuk perisai 2) nama anak sungai lematang
noto andam=sial!
nyai=nenek(pasangan yai)

O
obak=penjara
ocol
=lepas

P
pacak=bisa, cakap

pance=bale bale tempat ngobrol
parak=dekat
pay
ûh=ayo; payuh kesini=ayo kesini
pedie=apa
pekasam=ikan yang dipermentasikan dengan nasi
pembarap=kepala marge
penggawe=kepala dusun masa sistem marga
perne=rajin bekerja
pesirah=kepala pemerintahan marga
pisat=bungsu
puc
ûk=atas
pup
ûr=bedak

Q

R

ragi=warna
rampai=sayur
rawai=alat pancing berupa tali nylon yang menyeberang sungai digantungi banyak mata kail

rawang=banjir
reban=kandang ayam; lok ayam belage dalam reban=berkelahi antar saudara sendiri
rebe>hebe=kumpulan bekas ranting/cabang pohon
rempa'=bareng, bersama; balek rempa'an=pulang bersama; nyerempa' ketek=ikut naik perahu motor
renang=1) waras 2) bagus kelakuan
rengas=1) nama pohon 2) penganan dari pisang yang digoreng dengan tepung
ribang>linjang=cinta;ke~an=kekasih
ringkéh=cantik, cinde
rimau>himau=harimau; tabo rimau=serangga seperti lebah besar
run
é=pelangi; merune=warna buah hampir matang
rusep=ikan yang difermentasikan dengan tepung beras yang digoreng

S
sangkan=makanya; ~ puteh uleh keli=makanya putih karena bedak krim
sare=1) sulit, susah 2) miskin
sayak=tempurung kelapa (bagian bawah); pegi sayak balek tempurûng=pulang merantau makin rusak/miskin
sawe>ular~=ular sanca, ular sawah
sedût=malas
sejoros=sebentar
sebat=memukul badan dengan benda
sekat=ukuran luas tanah
selat=otot pada belikat/punggung
sembele>semele=sial!; rasan sembele=permintaan maskawin yang aneh-aneh
sep
ûr=kereta api
serampang=tombak bercabang tiga untuk mencari ikan
sogé=kaya; ~ kaye=kaya raya
sudu=sendok
sudûng=pondok di sawah/kebun
sugu=sisir rambut
sukar=sulit
suku=ukuran berat emas(....gr)
sumang=rindu, kangen
sunti
=buah asam yang sudah dijemur
sunûp=sakit panas
supak=miskin; ~ mapet=sangat miskin
surang=sendirian

T
taj
ûr=jenis pancing yang didiamkan
tarok>tahok=daun muda
tebok
=lubang; laen tebok laen benanah=mengerjakan tidak seperti yang diperintahkan
temedak=cempedak;
timbes=menyerempet sasaran, mengenai sisi
tirau>tihau=jamur
tirok>tihok=tombak dari besi untuk mencari ikan
titéh=pelit; peniteh=o. pelit
titék>campak=jatuh, terjatuh
tubo>kite=kita
tujah=tusuk
tunak=tidak bergerak; betunak=berumah tangga
tunggu=huni; penunggu hutan=(makhluk halus)penghuni hutan
tunu=bakar; ketonon=kebakaran, terbakar; nunu=membakar

U
udût=rokok; ngudut=merokok
ulak=bagian sungai yang tenang tapi dalam
ulam=lalap; ulam tarok=lalapan daun muda
umban=jatuh
umang; anak umang=anak yatim;
urak=membuka ikatan
urang>uhang>jeme=orang,
uwék>enggan=tidak mau

V

W
wak=saudara tua dari bapak/ibu

X

Y
yai=kakek(pasangan nyai)

Z
------------
kamus ini diperuntukkan bagi yang ingin mengetahui arti kata yang dijumpai di daerah Rambang Dangku dan sekitarnya. mohon sumbangan dari saudara untuk menambahkan kosakata beserta artinya, kalau bisa beserta peribahasa yang memakai kata tersebut, untuk diterbitkan kamus versi berikutnya

Kamus Rambang Dangku(A-M)

A
agék>kele>kai=nanti
agok=depan ; dek tekeruan agok=tidak tahu tujuan ; ~an=hadapan
akor=cocok
ale>buyan=bodoh
aman>man=kalau; aman mak itu, aku galak=kalau begitu, saya mau
ambék=ambil
amben=1) gendong; ngamben ambung=membawa keranjang 2) kain untuk menggendong bayi
ambûng=keranjang punggung bertali; ngambungi ayek=perbuatan sia-sia
andai-andai=dongeng
areng=bau yang ditimbulkan jengkol/petai
asak=asal; asak-asak=asal-asalan
=ya
awak=badan
ayék=1) air, 2) sungai
ayuk=kakak perempuan

B
baji=rajin bekerja
bakal=jalan
balam>para=karet; cuke para=cuka untuk mengentalkan getah karet
bangar=bau busuk pada air/sumur
batang=MCK berupa rakit dari kayu yang ditambatkan
bebalah=bertengkar
bebat=ikat pinggang
bekarang=mencari ikan
belagak=ganteng
belage=berkelahi
bengkarûng=kadal
bengkuang>kecambang=tumbuhan sejenis pandan besar berduri(pandanaceae)
berayau>médang=jalan-jalan, behayau
beseme=makan dengan malu-malu
besi berani=magnet
besile>ubisile=ubi jalar
betét>gandi=ketapel
biuku=penyu sungai
budi=tipu muslihat
bungaran=perdana, buah pertama; nanas ~=buah pertama dari nanas
buntang=bangkai
buntu=miskin
buri=belakang

C
cagak
=tongkat/kayu yang ditancapkan; unjar tecagak perau anyot=maksud tidak kesampaian; ncagak umah=membangun rumah
cak>kakang=kakak laki laki
cak>pecak=seperti
calak=pintar
calok=terasi
cangka=cabang; ~ betet=gagang ketapel
cant
éng=1) kaleng wadah makanan 2) ukuran kubik menggunakan kaleng susu bekas
cekau=cakar
cengki=mungkin, barangkali
cinde
=cantik
cingkok=kera besar, beruk
congko=babi hutan
cup
éng=daun telinga; cupeng ambung=tidak mau mendengar nasehat

D
dalah=jangan
dalu=larut malam
dang=1) berhenti; dang nggawekenye=berhenti mengerjakannya ; ~lah=jangan 2) sedang ; dang ngape dengan tadi=sedang apa kamu tadi
dekde>dide=tidak
dem>sudem=sudah
denang>bedenang=berenang
dengan>ngan=kamu, kapedengan
déwék=sendiri
duare>duahe=pintu
due=dua

E
enggan>uwék
=tidak mau
erok>kerok=ribut
empai=barusan

F

G
gancang>gagah=cepat
garang=teras rumah
gawang=1) longgar, 2) kaya
gegah=bugar, sehat
genah=mewah
gi=masih; gi ndak>gindak=masih mau; gi ade=masih ada
goco>guco=tinju
gondang>kembuai=keong sawah

H

I
idapan
=penyakit
ige=terlalu; besak ige=terlalu besar
ijat=biji; sijat=satu biji
ije=usaha; ber~=berusaha
ikok=ekor; sikok=satu ekor
ilok>lemak=enak
inggût=gerak; ber~=bergerak

J
jambat=.....
jeramba=jembatan besar
jer
éng=jengkol
jerok=tempoyak, fermentasi daging buah durian

K
kalangan=pasar tradisional sekali sepekan
kapedengan>merengan=kalian
karoan=sesuatu yang ditandai untuk ditunggu sampai siap diambil
katek>dék katek=tidak ada
kebual=pipi
kecol=meleset, tidak kena sasaran
kedat=rasa mempur pada ubi
kejam=berani
kelamb
ét=kelelawar
kele>ag
ék>kagék>=nanti
keleman=gelap; ~ burat=gelap gulita
kelep
éh>kelepih=dompet
kelépok=teratai
keluang=kalong, kelelawar besar pemakan buah
kembuai>kelembuai=keong sawah besar hitam
kerét=capek
keréte=sepeda
keriye>keriyo=kepala desa masa sistem marga
ketam=1) kepiting 2) anai-anai, alat pemotong tangkai padi
keténg=kaki
kinak=lihat
kintang>bekintang=mencari nafkah; pekintangan=mata pencaharian, pekerjaan
kudok=golok
kujût
=ikat
kulak=ukuran isi beras
kup
ék=bayi

L
ladeng=pisau
lamban=jembatan jalan setapak
lanju>belanju=mampir;
la
ût=bagian tengah(dalam) sungai
lekap; katek lekap>dek belekap=tidak ada untungnya
lempedan
=jendela
ligat=putar; meligat tapi idak munam=tidak gesit, kerja malas-malasan
lindap=teduh; keujanan belindap di buloh=bergantung pada akar lapuk
lok>lolok=seperti
lokak=peluang
l
ûm=belum

M
majo
=makan
malak=bosan
mandag
=berhenti
mandok=membakar lahan yang sudah ditebangi pohonnya untuk ditanami lagi
maré=hama; idak be~=tidak ada yang ditakuti
melinti-linti>kemelinti=berkeliaran
mengas=terengah-engah
merjake=pacaran, ngapel
midang>medang=jalan-jalan, berayau
mpai>empai=barusan
mual=lumayan
mudek=ke hulu(berenang, berperahu, berjalan)
mure=ular phyton
mutûng=gosong


18 January 2008

Batak keluar

Sebelum berhasil di Jakarta, Bonaga anaknya Naga Bonar pernah merantau di bumi besemah, namun walaupun anak seorang jenderal menghadapi orang besemah membuat Bonaga menjaga sikap.

Pertama kali Bonaga datang di terminal Prabumulih, mencari taksi jurusan Lahat seperti yang diterangkan dalam surat pamannya, namun Bonaga tidak menemukan mobil sedan yang ada hanya angkutan umum biasa, tak mau menunggu Bonaga langsung naik bis yang sudah agak penuh.

”batak ke pucuk!”,

teriak kondekturnya sambil menunjuk ke atas, akhirnya Bonaga naik keatap bis membawa tas besarnya.

Tak berapa lama, bis berhenti untuk menurunkan penumpang.

”batak ke dalam!”,

teriak kondekturnya lagi, Bonaga pun turun dan masuk kedalam bis.

Ketika ada penumpang baru datang, kondektur itu berteriak kepada temannya

”batak ke dalam!”,

mendengar teriakan itu Bonaga yang merasa sudah didalam cuma diam sambil berkata dalam hati

”dasar tukang perintah, apa dia tidak melihat saya sudah di dalam dari tadi”

Sesaat kemudian bis berhenti lagi untuk menurunkan penumpang, kodekturnya kembali berteriak

”batak keluar!”,

Bonaga sebagai orang batak merasa dilecehkan, dia pun menghampiri kondektur tersebut dengan marah-marah

”yang benar saja, bang!, kau suruh aku ke atas aku turuti, kau suruh aku kedalam aku turuti, sekarang masak kau suruh aku keluar sedangkan aku belum sampai”

”siapa yang nyuruh-nyuruh, saya cuma nyuruh teman saya bawa barang, tadi saya nyuruh teman saya bawa barang bapak itu keluar, karena dia berhenti disini”, jawab kondektur tersebut

*taksi=angkutan umum
**batak=bawa(lahat dsk)

11 January 2008

Rusip dan Pekasam

Keduanya sama sama jenis ikan hasil fermentasi, namun perbedaannya sangat jelas terlihat seperti berikut ini,

Rusip adalah ikan yang difermentasikan dengan garam dan tepung dari beras yang sudah di sangrai(goreng tanpa minyak), disimpan dalam tempayan/guci yang ditutup sangat rapat untuk menghindari masuknya telur lalat yang akan menjadi belatung didalam tempayan tersebut, hasilnya rusip hampir tidak ada bentuk ikan lagi melainkan seperti cairan hitam.

Sedangkan pekasam adalah ikan yang difermentasikan dengan garam dan nasi putih, juga disimpan dalam tempayan yang ditutup sangat rapat, berbeda dengan rusip, pekasam masih terlihat bentuk ikannya hanya saja tulangnya lebih lunak namun ketahanannya kalah dibandingkan rusip yang bisa tahan berbulan-bulan.

Dulunya jenis pengawetan ikan ini dipakai ketika ikan sedang melimpah, misalnya musim bekarang saat musim kemarau maupun musim banjir, sedangkan jalur distribusi masih lambat sehingga saat ikan melimpah harganya jatuh.

Sekarang ini sangat jarang orang membuat rusip atau pekasam, disebabkan ikan tangkapan mulai berkurang seandainyapun pada saat ikan melimpah, karena distribusinya bisa lebih cepat harga ikan tidak jatuh sehingga orang lebih baik menjualnya daripada membuat rusip atau pekasam.

Berbeda di Bangka Belitung, rusip malah dijadikan oleh-oleh khas daerah dengan cara di kemas dalam botol bekas air minum kemasan, sedangkan pekasam menjadi oleh-oleh khas perak malaysia

07 January 2008

Sendratari Putri Dayang Rindu

sumber : Sriwijaya Post 18 september 2005
Pagelaran Sendratari Klasik Putri Dayang Rindu yang diangkat ke forum nasional bahkan untuk kelas tontotan Gedung Sasono Langen Budoyo TMII adalah kelas internasional.
Duta besar dari 9 negara di antaranya Bosnia, Jepang, Singapura, Malaysia, Amerika Serikat dan beberapa negara lain membuktikan bahwa legenda masyarakat Kabupaten Muara enim Sumatera Selatan ini pun patut menjadi tontonan internasional.

Sinopsis Putri Dayang Rindu
alkisah zaman dahulu dikenal seorang putri cantik dari Tanjung Iran Niru yang bernama Dayang Rindu. Putri ini merupakan cucu dari orang yang disegani dan dihormati yaitu Rie Carang. Dayang Rindu yang digambarkan berambut panjang bak mayang terurai ini menjalin cinta dengan jejaka tambatan hati yaitu Naring Cili yang terkenal sakti dari Dusun Galang Tinggi.
Hubungan cinta ini sudah disepakati kedua belah pihak dan ketika masanya sang Naring Cili akan meminang Dayang Rindu maka disepakati beberapa permintaan dari Dayang Rindu di antaranya sirih selebar niru, pinang sebesar kulak, puyuh setakin, dan perhiasan. Semuanya dapat dipenuhi Naring Cili kecuali tanduk kerbau Lambuare yang kuasa dicari Naring. Tetapi bukan berarti Naring Cili kecewa dan putus asa.
Untuk mencari tanduk kerbau ini Naring minta bantuanTemanggung Mintik dengan syarat mau menyerahkan kesaktian dan disetujui Naring. Alhasil tanduk tersebut dapat ditemukan di wilayah Kerajaan Mataram tetapi itu memakan waktu yang berbulan-bulan sementara Dayang Rindu menanti tanpa kabar dan kepastian dari Naring.
Dalam penantiannya, Dayang Rindu menghibur diri bersama dayang-dayangnya yaitu mandi di sungai. Ketika asyik mandi di sungai inilah, bokor yang berisi peralatan dan ramput hayut Dayang Rindu hanyut terbawa arus dan ini membuatnya sedih. Alkisah bokor ini ditemukan rakyat Sunan Adi Maskayedipati (Palembang) dan langsung diberikan kepada sunan mereka. Sang Sunan yang melihat bokor memastikan pemiliknya putri yang cantik apalagi dengan bantuan Temenggung Mintik dan Kerangge Sintik yang mempunyai ilmu tinggi dalam melakukan pencarian. Alkisah pemilik bokor ditemukan dan segera dilamar Sunan kemudian resmi menjadi istrinya.
Sementara di tempat lain Naring Cili yang sudah menemukan tanduk kerbau dimaksud segera mendatangi Dayang Rindu tetapi ditolak keluarga Dayang Rindu karena sang putri sudah dipinang di Palembang. Murkalah Naring Cili dan segera menyusul ke Palembang. Akhirnya terjadi pertempuran yang memakan banyak korban nyawa. Dayang Rindu yang mengetahui hal ini berinisiatif daripada banyak korban maka dirinya rela tubuhnya dipotong dua dan itu dengan berat hati dilakukan Naring Cili. Sebelah potongan tubuh Dayang Rindu dimakamkan di Tanjung Iran Niru Muaraenim dan sebelahnya lagi yaitu bagian pinggang ke bawah dibawa Sunan untuk dimakamkan di daerah di Palembang.
--------------
sebelum saya mem-post-kan legenda DR versi rambang dangku(oktober 2007) , saya googling tapi belum menemukan artikel ini.
saya juga tidak tahu hubungan tanjung iran niru dengan muara niru, mungkin pembaca ada yang tahu? ditunggu komentarnya

03 January 2008

Tahun Baru di Kebun Durian

Sebenarnya saya bukan termasuk orang yang suka merayakan malam pergantian tahun, tapi ada satu malam pergantian tahun yang tidak bisa saya lupakan, yaitu pergantian tahun 1996 ke 1997, karena saat itu saya sedang menunggu kebun durian rame bersama Bakrin.

Yang dimaksud rame adalah pohon buah yang ditanam oleh orang tua, kakek atau puyang yang sudah meninggal sehingga kepemilikannya bersama-sama satu keturunan, dalam kasus ini kebun durian tersebut milik A. Sahib kakeknya Bakrin, pembagiannya diatur semua anak A. Sahib mendapat giliran menunggu kebun tersebut, sedangkan jatah wak Kamran yang tinggal di Muara Enim diantar.

Berangkat sore hari menggunakan perahu, karena kebun tersebut berada di seberang kampung masuk wilayah Pangkalan Babat, menurut dugaan saya, puluhan tahun yang lalu kebun tersebut mungkin berada dalam wilayah baturaja namun karena aliran sungai lematang selalu berubah hingga membela desa Baturaja, berdasarkan fakta adanya lematang putus didekat kebun durian tersebut dan banyaknya kebun orang baturaja disekitarnya.

Malamnya kami berdua dengan ditemani radio kecil, mulai memungut satu persatu durian yang jatuh dari pohonnya, mengikuti suara yang ditimbulkan saat buah durian yang jatuh menghantam tanah, sesekali membuka durian untuk dimakan sebanyak kami mau, tapi semakin malam mulai malas memunguti durian yang jatuh, selain karena saat itu memang lagi hujan, suasana kebun juga semakin menyeramkan, akhirnya setelah kenyang dan mengantuk kamipun tidur.

Dini hari saya dibangunkan Bakrin, karena dia baru saja melihat sepasang mata yang bersinar terkena sorotan lampu senter, saya langsung teringat cerita tentang Raden sang manusia harimau yang senang makan durian, kami hanya diam di dalam sudung tanpa tahu apa yang harus dilakukan, saat binatang tersebut agak mendekat sudung, kami mulai tenang karena walaupun tidak kelihatan jelas, tapi kami tahu kalau itu bukan harimau atau binatang buas lainnya melainkan napo atau kijang.

Keesokan pagi, setelah mengumpulkan semua durian jatuh yang belum sempat kami ambil semalam, kami pulang dengan membawa satu perahu durian, dan saya tidak menyangka setelah menghabiskan durian semalaman, saya masih diberi lagi satu ambung durian.

Memang kami tidak punya durian rame, jadi mendapat durian gratis adalah anugerah. Selain ikut dengan Bakrin menunggu durian kakeknya yang masih saudara nyai saya, saya juga pernah menunggu kebun durian milik saudara nyai di Gunung Raja, namun karena waktu itu saya masih kecil, saya cuma tidur sehingga tidak ada cerita yang seru selain makan durian gratis tentu saja.