17 September 2007

Musim Bekarang

Bekarang dalam bahasa dusun sekitar merge dangku artinya mencari ikan disungai kecil (batang ari) atau lebung secara beramai-ramai, yaitu saat kemarau tiba yang membuat air di batangari mulai mengering, artinya saat bekarang dimulai.

Setiap tahun batangari tersebut dilelang dalam lelang lebak lebung sebagai pendapatan asli daerah, biasanya yai(kakek) saya mendapat dua sampai empat batangari kecil-kecil, sedangkan yang besar-besar biasanya diambil kepala desa (kades), yang nantinya mengajak seluruh warganya untuk bekarang bersama-sama, malam sebelum bekarang dilakukan beberapa orang keliling dusun sambil memukul kenong (gong kecil dari kuningan) yang diselingi pengumuman lokasi bekarang, besarnya tarif untuk dewasa dan anak-anak.

Lokasi yang selalu ditunggu-tunggu karena ikannya banyak dan besar-besar adalah lubok kepur, karena di lokasi ini banyak ikan tapa (sejenis ikan patin raksasa), berat ikan tersebut yang pernah saya saksikan 11 Kg, saya ingat karena ikan tersebut dibeli patungan 11 orang

Sebelum bekarang dimulai sambil memungut bayaran dari peserta, panitia mulai mengeruhkan air dengan cara mengangkat lumpur dan menyebarkannya keseluruh batangari tujuannya supaya ikannya mabuk dan keluar dari sarangnya, dipakai untuk campuran lumpur ada tube akar yang diambil dari akar pohon rambat liar.
Setelah ikan terlihat mabuk, bekarangpun dimulai, semua peralatan bekarang dikeluarkan mulai dari tangkul, tumbak, tirok, serampang, anggo, tanggok dan sebagainya. Sedangkan jala dan jaring tidak digunakan,Teriakan mulai terdengar ketika ikan besar melompat lolos dari dalam tangkul yang diangkat
Karena acara bekarang bisa seharian, tentu saja para ibu sudah sudah menyiapkan nasi sedangkan lauknya tinggal bakar ikan hasil tangkapan yang ditambah racikan bumbu cecal asam..

Selain ikut acara bekarang sekampung, saya bersama sepupu-sepupu sering ikut yai bekarang di batangari kecil, gratis tapi syaratnya ikan yang besar dan masih hidup buat yai, karena nantinya akan dijual dalam keadaan hidup, liciknya sepupu saya kadang sengaja membunuh ikan roan(gabus) yang masih hidup supaya tidak diambil yai .

Pada saat musim bekarang ikan melimpah, bermacam cara orang untuk mengawetkan ikan, mulai dari diasap(salai), di permentasi(rusep atau pekasam) sampai di jemur(balur).

Acara bekarang saat ini tidak semeriah dulu, entah karena ikan-ikannya tidak sebanyak dulu disebabkan pemakaian tube obat yang membunuh ikan sekecil-kecilnya, atau karena pergantian musim yang tidak menentu.

Tidak ada lagi cerita tentang ikan tapa yang bisa sebesar anak balita, anak-anak sekarang mungkin menganggap ikan tapa hanya legenda, seperti halnya saya menganggap legenda terhadap cerita tentang dugok, binatang air yang mirip monyet berambut panjang yang digunakan untuk menghisap darah mangsanya karena saya belum pernah menyaksikan langsung makhluk tersebut.

No comments: