20 August 2008

Geliat Pembangunan Kembali Berdenyut

Tanah kelahiranku desa Baturaja terletak di perlintasan dua jalan penting, dari barat ke timur adalah jalan yang mengikuti aliran sungai Lematang karena budaya masa lalu yang menjadikan sungai sebagai sarana transportasi utama, sedangkan dari utara ke selatan membentang jalan yang dibangun Pertamina yang dulunya menghubungkan Pendopo ke Prabumulih.

Jalan dari Teluk lubuk sampai Tanah Abang yang membentang dari barat ke timur melalui desa kelahiranku sedang dibenahi, saat ini lebarnya menjadi 8 meter walaupun belum di aspal karena pembangunannya masih berjalan hingga sekarang, pembangunan ini ternyata bukan hanya untuk mendukung Visit Musi 2008 yang menjadikan kawasan Candi Bumi Ayu yang ada di Tanah Abang(tenabang) sebagai salah satu tujuan wisata tetapi lebih dari itu, pembangunan ini terkait dengan rencana pengembangan energi batu bara dan pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di beberapa daerah di Sumsel berbahan baku batu bara. Di antaranya, PLTU Bangko Tengah kapasitas 4x600 MW di Kecamatan Lawang Kidul dan Tanjung Agung, PLTU kapasitas 2x100 MW di Kecamatan Rambang Dangku, Muara Enim, dan PLTU Banjar Sari di Kecamatan Merapi, Lahat kapasitas 2x100 MW.

Bahkan jalan Pertamina yang mengarah ke utara yang dulunya hampir menjadi jalan setapak karena tumbuhan akar rambat yang tumbuh liar menutup badan jalan kini diperbaiki kembali, puluhan rumah yang dibangun dibahu jalan milik Pertamina sudah mendapat peringatan agar membongkar bangunan masing-masing. Semenjak ditinggal Pertamina yang dulunya sangat tergantung jalan tersebut untuk transportasi ke kota Prabumulih melalui Pangkalan Babat, jalan tersebut nyaris tidak pernah dilalui kendaraan berat. Apalagi keadaan debit air sungai Lematang yang berkurang membuat kapal ponton tidak bisa leluasa menyeberang. untuk mengantisipasi hal tersebut, direncanakan jembatan yang menyeberangi sungai Lematang tepat di hilir desa Baturaja.

Mang Tam yang ikut petugas peneliti batu bara punya cerita menarik, ketika petugas mengebor untuk mendapatkan sampel untuk diteliti ternyata yang ditemukan adalah minyak mentah dan gas, "betapa kayanya desa ini" ucap mereka dengan takjub, karena batu bara yang dicari ada dilapisan bawah setelah minyak dan gas tersebut. untuk menghindari bahaya, daerah yang diketahui mengandung minyak dan gas tidak dijadikan lokasi tambang batu bara namun akan ditambang setelah minyak dan gasnya habis.

Semoga saja penduduk lokal tidak lagi hanya menjadi penonton dari gegap gembitanya pembangunan, seperti yang terjadi puluhan tahun lalu, ketika Pertamina sedang gencar-gecarnya mengeruk kekayaan minyak dan gas bumi di desa mereka, kala itu seluruh tenaga kerja didatangkan dari luar sampai tukang masak dan tukan cuci pun bukan penduduk lokal, namun untuk minta ganti rugi karena terjadi blow out yang menyebabkan hujan minyak sehingga seluruh penduduk harus mengungsi ke luar desa dan dilarang menggunakan api, baru bisa dilakukan sepuluh tahun kemudian.

dari berbagai sumber

No comments: