Karena keterbatasan internet mobile, pengisian komentar tidak melalui blogger tapi melalui SMS, berikut ini komentar dari Abu Naila Bakrin:
- Kalau menurut saya banyak bahasa dusun baturaja yang dipakai tidak eksis, misalnya penakuk balam seharusnya penabah balam.
- Dalam cerita Dayang Rindu (DR) ada yang tidak sinkron antara sumpah DR yang menikah dengan bujang banuayu dengan fakta Fajri bujang baturaja yang beristrikan gadis banuayu.
- Sebutan jeme rambang seharusnya uhang rambang karena jeme adalah bahasa lubai atau pagaralam dan sekitarnya.
Karena comment dari blogger tidak tampil di layar HP, maka saya tanggapi melalui posting, supaya bisa dibaca melalui internet mobile :
- penabah balam sebenarnya kata bentukan dari nakuk balam yang disingkat menjadi naba yang hanya digunakan di baturaja, saya juga tidak menggunakan kata mantang yang dipakai di siku sampai tanahabang.
- kalau dibaca lagi sumpah DR berlaku dua arah, bisa bujang baturaja dengan gadis banuayu atau gadis baturaja dengan bujang banuayu, sebenarnya Fajri bukan orang pertama yang mementahkan sumpah DR, ibu saya menceritakan kisah DR sambil mencontohkan keluarga Darno yang mempunyai anak perempuan walaupun istrinya dari banuayu, menurut sebagian orang sumpah DR pupus setelah melewati beberapa generasi.
- untuk bahasa rambang memang Bakrin lebih jago dari saya, tapi saya akan lebih senang lagi kalau yang mengomentarinya dari jeme eeh..uhang rambang sendiri.
Bakrin juga berjanji akan mengirimkan beberapa cerita atau humor, kita tunggu saja ceritanya tapi supaya diingat bahasa yang digunakan tetap bahasa indonesia, karena pembacanya belum tentu mengerti bahasa kita
No comments:
Post a Comment