sumber : Sriwijaya Post 18 september 2005
Pagelaran Sendratari Klasik Putri Dayang Rindu yang diangkat ke forum nasional bahkan untuk kelas tontotan Gedung Sasono Langen Budoyo TMII adalah kelas internasional.
Duta besar dari 9 negara di antaranya Bosnia, Jepang, Singapura, Malaysia, Amerika Serikat dan beberapa negara lain membuktikan bahwa legenda masyarakat Kabupaten Muara enim Sumatera Selatan ini pun patut menjadi tontonan internasional.
Duta besar dari 9 negara di antaranya Bosnia, Jepang, Singapura, Malaysia, Amerika Serikat dan beberapa negara lain membuktikan bahwa legenda masyarakat Kabupaten Muara enim Sumatera Selatan ini pun patut menjadi tontonan internasional.
Sinopsis Putri Dayang Rindu
alkisah zaman dahulu dikenal seorang putri cantik dari Tanjung Iran Niru yang bernama Dayang Rindu. Putri ini merupakan cucu dari orang yang disegani dan dihormati yaitu Rie Carang. Dayang Rindu yang digambarkan berambut panjang bak mayang terurai ini menjalin cinta dengan jejaka tambatan hati yaitu Naring Cili yang terkenal sakti dari Dusun Galang Tinggi.
Hubungan cinta ini sudah disepakati kedua belah pihak dan ketika masanya sang Naring Cili akan meminang Dayang Rindu maka disepakati beberapa permintaan dari Dayang Rindu di antaranya sirih selebar niru, pinang sebesar kulak, puyuh setakin, dan perhiasan. Semuanya dapat dipenuhi Naring Cili kecuali tanduk kerbau Lambuare yang kuasa dicari Naring. Tetapi bukan berarti Naring Cili kecewa dan putus asa.
Untuk mencari tanduk kerbau ini Naring minta bantuanTemanggung Mintik dengan syarat mau menyerahkan kesaktian dan disetujui Naring. Alhasil tanduk tersebut dapat ditemukan di wilayah Kerajaan Mataram tetapi itu memakan waktu yang berbulan-bulan sementara Dayang Rindu menanti tanpa kabar dan kepastian dari Naring.
Dalam penantiannya, Dayang Rindu menghibur diri bersama dayang-dayangnya yaitu mandi di sungai. Ketika asyik mandi di sungai inilah, bokor yang berisi peralatan dan ramput hayut Dayang Rindu hanyut terbawa arus dan ini membuatnya sedih. Alkisah bokor ini ditemukan rakyat Sunan Adi Maskayedipati (Palembang) dan langsung diberikan kepada sunan mereka. Sang Sunan yang melihat bokor memastikan pemiliknya putri yang cantik apalagi dengan bantuan Temenggung Mintik dan Kerangge Sintik yang mempunyai ilmu tinggi dalam melakukan pencarian. Alkisah pemilik bokor ditemukan dan segera dilamar Sunan kemudian resmi menjadi istrinya.
Sementara di tempat lain Naring Cili yang sudah menemukan tanduk kerbau dimaksud segera mendatangi Dayang Rindu tetapi ditolak keluarga Dayang Rindu karena sang putri sudah dipinang di Palembang. Murkalah Naring Cili dan segera menyusul ke Palembang. Akhirnya terjadi pertempuran yang memakan banyak korban nyawa. Dayang Rindu yang mengetahui hal ini berinisiatif daripada banyak korban maka dirinya rela tubuhnya dipotong dua dan itu dengan berat hati dilakukan Naring Cili. Sebelah potongan tubuh Dayang Rindu dimakamkan di Tanjung Iran Niru Muaraenim dan sebelahnya lagi yaitu bagian pinggang ke bawah dibawa Sunan untuk dimakamkan di daerah di Palembang.
--------------
sebelum saya mem-post-kan legenda DR versi rambang dangku(oktober 2007) , saya googling tapi belum menemukan artikel ini.
saya juga tidak tahu hubungan tanjung iran niru dengan muara niru, mungkin pembaca ada yang tahu? ditunggu komentarnya
No comments:
Post a Comment