12 August 2008

Cerita Orang Orang Dahulu

Mat Aliudin
Ketika kerajaan palembang menghadapi ancaman musuh, raja(sunan) memanggil orang-orang sakti untuk minta bantuan, menghadaplah Mat Aliudin yang sedang bisulan kaki berjalan terpincang-pincang, melihat hal tersebut diusirlah dia dari istana karena tidak ada tampang sedikitpun kalau dia adalah orang sakti.

Ketika hendak pulang dia pergi ke sungai lematang membentangkan kain putih di permukaan air kemudian langsung duduk bersila diatas kain tersebut dalam keadaan terapung, menyaksikan keganjilan tersebut petugas istana langsung memanggilnya ketika melihat kain yang didudukinya mulai bergerak melawan arus.

Akhirnya desa tempat asal Mat Aliudin tersebut diberi nama Bantu Raja, karena dia berhasil membantu raja dengan kesaktiannya.

Ada juga yang berpendapat kata Bantu Raja didapat ketika ada kapal kerajaan yang sedang melewati sungai lematang yang sedang dangkal karena kemarau tersangkut, kemudian dibantu penduduk desa mendorong kapal tersebut.
Dalam perkembangannya desa Bantu Raja berubah menjadi Baturaja ketika jaman penjajahan Jepang.

Puyang Naneng
Ada cerita unik ketika pertama kali jepang datang ke marga Dangku, ketika di desa Kuripan(bagian hulu baturaja) mereka diberitahu desa Bantu Raja hanya berjalan ke hilir melewati hutan dipesisir sungai lematang, ternyata yang mereka temukan desa Dangku(bagian hilir baturaja), di Dangku mereka diberitahu kalau mereka sudah melewati Bantu Raja untuk itu mereka harus kembali berjalan ke hulu, setelah kembali mereka sampai ke desa Kuripan lagi, begitu seterusnya sampai akhirnya ada pegawai pesirah yang membantu pasukan jepang, melihat daerah yang seharusnya tempat pemukiman penduduk Bantu Raja menjadi hutan berupa pohon besar-besar dan setiap pohon terlihat gembok yang biasanya dipasang pada pintu rumah.

Penduduk desa Baturaja percaya puyang Naneng selalu datang membantu keturunannya(penduduk desa baturaja) setiap ada bahaya yang mengancam, pasukan jepang tidak bisa menemukan desa baturaja karena pandangan mata mereka melihat rumah penduduk sebagai pohon sehingga mereka hanya merasa melewati hutan saja.

Bahkan dulunya angkong yang melewati desa Baturaja, harus memukul gong kalau tidak akan ada kerusakan pada angkong tersebut, entah sapinya ngamuk atau rodanya patah

Pateh Kepur
Pada sistem pemerintahan marga, kepala desa disebut keriye. walaupun sebenarnya Pateh kepur bukan penduduk asli, Pateh kepur disebut-sebut sebagai keriye pertama yang memerintah di desa baturaja, salah satu tempat bekarang yang banyak ditunggu adalah Lubuk Kepur karena paling lama keringnya dan banyak ikannya, selain itu nama Pateh Kepur sekarang menjadi nama jalan utama yang melewati desa baturaja

Dayang Rindu
Legenda Dayang Rindu sudah menjadi milik rakyat Muara Enim, sedikit yang tahu bahwa Dayang Rindu berasal dari desa Baturaja bahkan orang baturaja sendiri, karena setelah dinikahi Rie Carang pemuda dari desa Banuayu mereka menetap di daerah sekitar batangari Niru, bahkan pabrik kertas PT. Tanjung Enim Lestari sebagian didirikan diatas tanah milik keturunan Dayang Rindu, ceritanya justru berkembang didaerah Rambang Niru(Tanjung Raman, Simpang Niru dan sekitarnya) sebagai tempat tinggalnya setelah pertarungan dua pemuda yang memperebutkan dirinya di tempat asalnya desa Baturaja.

* pesirah = kepala pemerintahan marga
* angkong = alat angkutan seperti pedati yang ditarik sapi